Kamis, 30 Oktober 2014

Konfusius

Biografi Singkat

Kong Hu Cu atau Konfusius, kadang-kadang sering hanya disebut Kongcu (Hanzi: 孔夫子、孔子hanyu pinyin: KongfuziKongzi) (551 SM – 479 SM) adalah seorang guru atau orang bijak yang terkenal dan juga filsuf sosial Tiongkok. Filsafahnya mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan menjadi populer karena asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisional Tionghoa. Oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu, ia diakui sebagai nabi.
Kong Hu Cu adalah putra bungsu Shu Liang He. Ia mempunyai 9 kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki yang cacat kaki bernama Meng-bi. Ibunya bernama Yan Zheng Zai. Ia lahir pada tanggal 27 Ba Yue (bulan 8) 551 Sebelum Masehi di negeri Lu, Kota Zou Yi, Desa Chang Ping di lembah Kong Song (kini jazirah Shandong kota Qu Fu). Nama kecilnya adalah Qiu yang berarti bukit alias Zong Ni artinya Putera kedua dari bukit Ni, beliau menikah dengan puteri Negeri Song yang bermarga Qi Guan. Dari pernikahan ini mendapat seorang putera yang diberi nama Li yang berarti ikan gurami alias Bo Yu. Diberi nama demikian karena pada kelahiran puteranya beliau telah diantari ikan gurami oleh Raja Muda Negeri Lu yang panggilannnya Lu Zhao Gong. Selain Li, Khonghucu masih mempunyai dua orang puteri yang seorang menjadi isteri Gong Ye Chang, murid beliau.
Di dalam tubuhnya mengalir darah biru dan dia merupakan keturunan langung dari penguasa Dinasti Shang. Apa yang benar-benar kita ketahui hanyalah bahwa ayah Confucius adalah seorang pejabat militer rendahan dan telah berusia 70 tahun ketika Confucius dilahirkan. Ketika Confucius berusia 3 tahun, ayahnya meninggal dan ia dibesarkan oleh ibunya. Di akhir hidupnya, confucius memberikan catatan tentang masa remajanya, “ ketika akku berusia 15 tahun, aku hanya tertarik untuk belajar”. Inilah pondasi kokoh kehidupannya yang kelak dilihatnya bisa dibagi menjadi sejumlah tahap : ... “ pada waktu aku berumur 30, aku memulai hidupku; dan ketika umurku mencapai 40, aku yakin dengan semua yang aku percaya; pada usia 50, aku telah mengerti dalam segala hal; lalu pada umur 60 tahun, aku tahu tak ada perlunya aku berdalih; dan sekarang, pada usiaku telah mencapai 70 tahun, aku pun dapat melakukan apa pun tanpa mengganggu hidupku ”.

Ajaran Konfusius

Ajaran Confucius terlihat sederhana namun terasa lengkap. Sebab, ia hanya menekankan pada 3 hal utama, yaitu akhlak seorang, sopan santun dalam relasi sosial, dan keadilan. Hingga kini, pengaruhnya masih kuat.
Masyarakat penganut ajaran nilai-nilai Confucius yang mengutamakan nilai moral(Li) cenderung untuk menyatu dengan alam. Penyatuan dan keselarasan hidup manusia dengan alam menjadikan masyarakat Confucius cenderung untuk menghindar dari konflik, baik konflik dengan sesama manusia maupun konflik dengan lingkungan alam.
Ajaran dari Filusuf Cina ini menjadikan menjadikan masyarakat Cina penganut Confucius untuk menolak bersentuhan dengan hukum. Penolakan tersebut tidak diartikan mereka sebagai masyarakat yang menentang hukum, melainkan mereka memiliki kecenderungan untuk mencari jalan damai dari setiap masalah yang mereka hadapi. Confucius sendiri bukanlah menciptakan sebuah ajaran agama yang baru, melainkan ia berupaya melestarikan sebuah ajaran moral Cina yang telah hidup dan berkembang jauh sebelum Confucius sendiri lahir.
Ajaran Confucius merupakan ajaran yang diwajibkan bagi kalangan kekaisaran Cina, khususnya sejak berkuasanya Dinasti Han. Ajaran Confucius diujikan bagi setiap calon pegawai kerajaan yang hendak mengabdi. Pada sisi lainnya masyarakat Cina yang berasal dari kalangan bawah (lower level) cenderung untuk tidak memahami Confucius, mengingat ajaran tersebut tidak pernah mereka dapatkan, karena mereka hidup dengan kondisi ekonomi yang sangat sederhana dan tidak mengenyam bangku pendidikan.
Ajaran Confucius menjadi populer bagi peneliti barat, khususnya hukum, ketika para peneliti tersebut mencoba untuk melihat benturan antara Li (moral) dan Fa (hukum tertulis). Menurut Confucius, manusia akan menjadi benar, jika manusia menjunjung tinggi moral (Li) dalam setiap kehidupannya. Dengan menjunjung tinggi moral, maka manusia akan berada dalam kesempurnaan sehingga manusia tidak perlu lagi berpedoman pada hukum. Menurutnya hukum tertulis yang dibuat oleh para pembentuk hukum (kaum legalis) menjadikan manusia memiliki perilaku yang buruk. Hukum merupakan tempat berkumpulnya orang-orang jahat, hukum menjadikan manusia bersikap tamak dan serakah. Manusia yang telah mencapai kesempurnaan moralitas tidak akan membutuhkan hukum dalam hidupnya. Pemikiran Confucius tersebut dilandasi oleh sebuah keyakinan bahwa pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan baik, karena terdapatnya atau telah tertanamnya moral dalam dirinya sejak manusia itu lahir.
Pendapat Confucius tersebut mendapat tentangan hebat dari Kaum Legalis, yang melihat bahwa sesungguhnya manusia dilahirkan dengan membawa watak dan sifat jahat. Manusia cenderung untuk senang sendiri, ia akan menjadi serigala bagi manusia yang lain. Pada keadaan yang demikian manusia harus diatur oleh hukum yang keras. Menurut kaum Legalis Raja memperoleh legitimasi kekuasaan dari Thian (Tuhan/Langit/Surga/Sesuatu yang berkuasa), dan ketika ia berkuasa maka ia dibekali odengan hukum untuk menundukkan sifat watak keras manusia, sehingga tidak ada satupun manusia yang akan menentangnya.
Pada saat ini pertempuran ideologis antara moral (Li) dan hukum (Fa) menjadi lebih liat dan menunjukkan sebuah perubahan. Masyarakat Cina memandang pentingnya hukum dalam mengatur kehidupan manusia, akan tetapi hukum tidak dapat dibiarkan berjalan sendiri melainkan ia harus selalu diselimuti oleh moral. Hukum akan menjadi baik dan benar ketika hukum diselimuti oleh nilai kebajikan moral. Sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi pembelajar hukum, dan pelaksana hukum untuk menyatukan moral dan hukum.

Peninggalan Konfusius

Karya-karya dari Konfusius dapat dibedakan menjadi dua pengelompokkan, pertama merupakan hasil perangkuman yang dilakukan Konfusius terhadap beberapa karya-karya yang dianggap penting dalam mencapai keharmonisan. Kedua merupakan hasil karya para muridnya yang berisi tentang ujaran-ujaran Konfusius kepada murid-muridnya.
Berikut ini penjelasan dari masing-masing yang termasuk dalam kelompok pertama, yaitu :
  • Shi Jing (Buku tentang Puisi)
o   Merupakan kumpulan tulisan yang terdiri dari 305 puji-pujian dalam berbagai bahasan, dan didalamnya terdapat 6 yang mempergunakan musik dan judul tanpa teks. Kumpulan tulisan ini umumnya berasal dari masa awal dinasti Zhou, sebelum Kong Zi
  • Shu Jing (Buku tentang Sejarah)
o   Merupakan kumpulan dokumen sejarah yang dimulai dari proklamasi raja Yao yang agung (2757 – 2258 SM) hingga Bangsawan Mu dari Chi (659 – 621 SM)
  • Yi Li (Buku tentang Upacara)
o   Merupakan buku yang berisi kumpulan upacara-upacara dan peraturan-peraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dimasa feodal.
  • YI Jing (Buku tentang Perubahan)
o   Merupakan kumpulan tulisan yang menerangkan tentang prinsip-prinsip kosmis dan evolusi sosial yang didasarkan atas ramalan dengan menggunakan Oktogram.
  • Yue Jing (Buku tentang Musik)
o   Merupakan kumpulan tulisan yang dikumpulkan pada masa sebelum Dinasti Han, namun pada masa perkembangannya ada beberapa bab yang hilang, dan lebih dikenal sebagai Li Chi.
  • Ch’un Ch’iu (Musim Semi dan Gugur)
o   Merupakan kritik sejarah tentang politik selama pemerintahan 12 Bangsawan dari negara Lu.
Dan karya-karya yang tergolong dalam kelompok kedua adalah sebagai berikut :
  • Lun Yu (Analek)
o   Merupakan kumpulan catatan percakapan antara Kung Fu Tze dengan murid-muridnya.
  • Zong Yong (Doktrin tentang Ajaran Jalan Tengah)
o   Merupakan kumpulan ujaran Kung Fu Tze mengenai jalan tengah (Tao). Tao merupakan inti pokok dari semua pemikiran Cina. Kitab ini disusun oleh Tzu Ssu (492 – 431 SM) yang merupakan cucu dari Kung Fu Tze
  • Da Xue (Ajaran Agung)
o   Berisi tentang Ajaran-ajaran Agung Kung Fu Tze. Kitab ini disusun oleh Tseng Tzu (505-436 SM), dari Tseng Tzu inilah terus berkelanjutan ke murid lainnya, termasuk Tzu Ssu (492-431 SM) turut andil dalam menulis ujaran Kung Fu Tze yang juga merupakan guru dari Meng Tzu.


Gelar Anumerta


·         Oleh Raja Lu Ai Gong diberi sebutan Ni Fu yang berarti Bapak Yang Mulia Ni.
·         Oleh Kaisar dinasti Han: Han Ping Di diberi gelar Cheng Xuan Ni Gong yang bermakna Pangeran Ni Yang Sempurna dan Cerah Bathin.
·         Pada tahun 492 gelar itu diubah menjadi Wen Sheng Ni Fu yang bermakna Yang Mulia Bapak Ni Nabi Yang Menyeluruh Sempurna.
·         Oleh Kaisar Shun Zhi, Kaisar pertama Dinasti Man-Chu pada tahun 1645 gelar itu diubah menjadi Da Cheng Zhi Sheng, Wen Xuan Xian Shi Kong Zi yang bermakna Kongzi Guru Purba Yang Cerah Menyeluruh, Nabi Agung Yang Besar Sempurna. Tetapi 12 tahun kemudian gelar itu disingkat menjadi Zhi Sheng Xian Shi Kong Zi yang bermakna Kongzi Guru Purba Nabi Agung.
·         Gelar untuk Khonghucu/Kongzi yang tersurat di dalam Kitab Shi Shu (Kitab Yang Empat) antara lain adalah Tian Zhi Mu Duo yang bermakna Genta Rohani Tuhan; Zhi Cheng yang bermakna Yang Sempurna Iman; Zhi Sheng yang bermakna Nabi Agung dan Ji Da Cheng yang bermakna Nabi Yang Lengkap Besar dan Sempurna.
·         Di dalam Kitab Mengzi 5B:1/5 disuratkan:"Bo Yi, ialah Nabi Kesucian; Yi Yin ialah Nabi Kewajiban; Liu Xia Hui ialah Nabi Keharmonisan; dan Kongzi ialah Nabi Segala Masa. Maka Nabi Kongzi dinamai yang lengkap, besar dan sempurna. Yang dimaksud dengan lengkap, besar dan sempurna ialah seperti suara musik yang lengkap dengan lonceng dari logam dan lonceng dari batu kumala (Jin Sheng Yu Zhen yang menjadi lambang kita Genta Harmoni). Suara lonceng dari logam sebagai pembuka lagu yang memadukan keharmonisan menunjukkan kebijaksanaanNya dan sebagai penutup lagu menunjukkan paripurnanya karya kenabianNya.

Kutipan Bijak Konfusius

·         Pilihlah pekerjaan yang kamu sukai, maka kamu tidak akan perlu bekerja lagi sepanjang sisa hidupmu. [Confucius]
·         Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. [Confucius]
·         Hidup itu sungguh sederhana, tapi kita malah berusaha membuatnya lebih rumit. [Confucius]
·         Aku mendengar, maka aku tahu. Aku melihat, maka aku ingat. Aku melakukan, maka aku mengerti. [Confucius]
·         Dia yang mempelajari masa lalu untuk menemukan sesuatu yang baru, adalah yang pantas mengajar. [Confucius]
·         Orang-orang yang kuat mencari sesuatu (potensi) di dalam dirinya sendiri. Sementara orang yang lemah mencari sesuatu (potensi) pada diri orang lain. [Confucius]
·         Ke manapun kau pergi, pergilah dengan hatimu. [Confucius]
·         Guru adalah, belajar dari masa lalu dan menyimpulkan hal-hal baru. [Confucius]
·         Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan. [Confucius]
·         Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. [Confucius]
·         Belajarlah seakan-akan kamu sama sekali tak akan bisa mempelajarinya, seolah-olah kamu takut akan kehilangan apa yang hendak kamu pelajari itu. [Confucius]


Foto - Foto Konfusius

  



Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar