Kesimpulan itu sendiri adalah generalisasi fakta yang memperlihatkan kesamaan. Kesimpulan umum harus dianggap sebagai bersifat sementara, karena ciri dasar induktif adalah selalu tidak lengkap.
PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Persamaan : argumentasi keduanya terdiri dari premis - premis yang mendukung kesimpulan
Perbedaan : - penalaran induktif yang tepat akan mempunyai premis - premis yang benar tetapi kesimpulan salah, karena argumentasi penalaran induktif tidak membuktikan kesimpulan benar.
- premis hanya menetapkan kesimpulan berisi suatu kemungkinan
Maka, argumentasi dalam penalaran induktif tidak dinilai valid ataupun invalid, tetapi berdasarkan probabilitas.
Penalaran Induktif dimulai berdasarkan kejadian - kejadian, gejala partikular. Penal induksi adalah proses penalaran berdasarkan pengertian partikular atau premis untuk menghasilkan pengertian umum atau kesimpulan.
Ciri penalaran induktif :
1. Premis penal induktif : proposisi empiris yang ditangkap indera
2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam premis
3. Meski kesimpulan tidak mengikat, tapi manusia menerimanya. Jadi, konklusi induksi mempunyai kredibilitas rasional atau probabilitas.
Generalisasi Induktif adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua. Prinsip generalisasi induktif adalah apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu dapat diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi. Syarat membuat generalisasi ada tiga, yaitu :
1. Tidak terbatas secara numerik, tidak boleh terikat pada jumlah tertentu
2. Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku dimana saja
3. Dapat dijadikan dasar pengandaian
Analogi berbicara tentang dua hal yang berbeda dan dibandingkan. Dua hal yang perlu diperhatikan adalah persamaan dan perbedaan. Bila memperhatikan persamaan saja, maka timbul analogi. Analogi Induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang mempunyai sifat esensial yang sama. Kesimpulan analogi induktif tidak bersifat universal tetapi khusus. Contoh :
Mangga 1 : kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 2 : kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 3 : kuning, besar, matang, ternyata manis
Mangga 4 : kuning, besar, dan matang. Kesimpulan : mangga 4 tentu manis juga.
Jadi, analogi induktif menarik kesimpulan atas dasar persamaan. Berbeda dengan generalisasi induktif yang konklusinya berupa proposisi universal. Penalaran induktif konklusinya lebih luas daripada premis - premisnya.
Deduktif merupakan suatu proses tertentu dimana dalam proses itu akal budi kita menyimpulkan pengetahuan yang lebih "khusus" dari pengetahuan yang lebih "umum". Yang lebih khusus sudah termuat secara implisit dalam pengetahuan yang lebih umum. Induksi dan deduksi selalu berdampingan, keduanya selalu bersama - sama dan saling memuat. Dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan, induksi biasanya mendahului deduksi. Sedangkan dalam logika, deduksi dibicarakan terlebih dahulu. Deduksi dipandang lebih penting untuk latihan dan perkembangan pikiran.
FAKTOR PROBABILITAS
Probabilitas berarti keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan. Kebenaran konklusi dalam logika induktif, baik dalam analogi maupun generalisasi bersifat tidak pasti, karena hanya bersifat mungkin (probabel). Tinggi rendahnya probabilitas konklusi induktif dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu :
1. Faktor Fakta : "makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, akan makin tinggi probabilitas konklusi dan sebaliknya"
2. Faktor Analogi : "semakin besar jumlah faktor analogi dalam premis, makin rendah probabilitas konklusinya, dan sebaliknya."
3. Faktor Disanalogi : "makin besar faktor disanalogi di dalam premis, akan makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya."
4. Faktor Luas Konklusi : "semakin luas konklusi, semakin rendah probabilitasnya, dan sebaliknya."
KESESATAN GENERALISASI / ANALOGI
Tinggi rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini membawa manusia pada kesesatan (fallacy). Kesesatan penalaran induktif yang terpenting adalah :
1. Tergesa - gesa : cepat menarik kesimpulan dari beberapa fakta
2. Faktor ceroboh : cepat tarik kesimpulan tanpa memperhatikan soal kondisi lingkungan, contoh : Semua wanita Jawa itu lembut.
3. Prasangka : memberi penilaian tanpa melihat fakta lain yang tidak cocok. contoh : Semua orang Batak bicara keras dan tidak sabaran.
Untuk menghindarinya bisa dengan cara membangun sikap kritis, terbuka pada koreksi dan dari kritik orang lain.
HUBUNGAN SEBAB AKIBAT
Prinsip umum : sesuatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu. Terkandung makna bahwa yang satu (sebab) mendahului yang lain (akibat). Tetapi tidak semua yang mendahului sesuatu menjadi sebab bagi yang lain.
Hubungan sebab akibat adalah hubungan yang intrinsik, yang artinya hubungan sedemikian rupa sehingga kalau yang satu ada atau tidak ada, maka yang lain juga pasti ada atau tidak ada.
Tiga pola hubungan sebab akibat :
1. Dari sebab ke akibat;
2. Dari akibat ke sebab; dan
3. Dari akibat ke akibat.
MANFAAT BELAJAR PENALARAN INDUKSI
Menurut B.Russel, logika induktif bukan hanya lebih bermanfaat dari logika deduktif, tetapi juga lebih sulit. Manfaat logika induktif adalah memberikan pembenaran atas kecenderungan manusia yang bersandar pada kebiasaan. Kita memang tidak pernah bisa merasa pasti atas kebenaran suatu kesimpulan induktif, tapi ada cara tertentu dimana kita dapat menekan kemungkinan kesalahan. Maka, jangan pernah menarik kesimpulan induktif dengan data yang masih minim, tergesa - gesa, ceroboh, dan hanya dilandasi prasangka.
Sekian yang dapat saya bagikan dalam post ini, semoga dapat bermanfaat bagi semua yang membaca blog ini :)
Sampai jumpa :3
sumber :
slide bahan ajaran Filsafat Ilmu, Logika, dan Penulisan Ilmiah pertemuan 4
S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar